Jumat, 2007 September 28

Aku cuma seorang

Mengapa sibuk memilih cerita?
sedang dalam dada mu penuh hikayat
dan dendang seorang petualang?





Aku cuma seorang pengembara dari gurun-ke gurun,

menunggu hujan dari angin yang bertipu kencang

Aku cuma pengembara yang melintas padang gersang tak bertuan.

Hidup dengan oase dan gelisah mimpi

Aku cuma pengembara yang ingin singgah

pada mata air yang mengalir

membasuh muka,

dahaga dan

kering kata-kata



1



Tubuhmu adalah lekuk-lekuk rahasia

adalah gurindam dan sajak yang belum selesai

Biarkan aku memelukmu dengan pena dan cinta

agar ku gores ribuan kata dan sajak tak bersudah



Biarkan aku bernyanyi di dadamu yang perih

menyanyat biola dan membiarkan kunang-kunang bertelur disana.



2



Cuma mata yang berkilat

tapi kulihat ada api dan hutan-hutan terbakar

Kekasih,

Musim apakah ini?

Jika hujan mulai turun, dan ini Oktober

maka biarkan kita menari hingga senja tiba

hingga hutan terbakar dimatamu

meredup

mari sudahi semua dengan

kabut, embun, uap

dan

hangat bibirku

Biarkan aku

Biarkan aku mengenali cinta dengan kesederhanaan
Menyayangi dengan kerendah-hatian
Maka terimalah cinta ini
Dengan kesadaran; bahwa kita adalah pendosa
Yang mudah alpa dan gelap mata.

Biarkan aku mencintai dalam keheningan
Dalam ketakjuban.
Maka terimalah pengakuan ini:
Telah kukenali cinta.

Maka dengan kesederhaannya,
Biarkan aku menyanyangimu sepanjang masa.

Tidak saat ini.

Tidak untuk nanti.

Kamis, 2007 September 27

Catatan cinta dari tong sampah

Aku, Mahluk egois ini bukanlah apa2.
Anggaplah Cuma sampah yang membusuk dan nanti tak meninggalkan apa-apa.
Cuma seorang musafir yang membawa anjing kecil berkelana.
Anggap lah aku Cuma fatamorgana bersama debu dipadang nan tandus.
Aku toh, Cuma serpihan saja di atmosfer cinta mu yang luas dan tak punya tepi.
Aku sudah pernah mati berkali-kali,
Pernah kamu tikam dengan belati kedukaan,
maka akan begitu juga nanti aku.
Aku, apapun yang kau anggap nanti,
Cuma sampah yang bertumpuk seperti saat pagi-pagi
Kau buka jendela dan melihat daun-daun berserakan dihalaman.
Musti kau timbun,
Atau kau sulut dengan api.

Aku, ya memang Cuma mahluk egois.
Lalu,
Apa yang diharapkan lagi dari orang-orang tanpa belas kasih ini?
Aku, biarlah nanti,
Cuma menjadi sebuah vas bunga retak
Yang lebih baik kau pecahkan.
Dari Cuma sekedar diam tanpa keindahan apa-apa.
Aku, toh. Cuma satu jenis bangsat yang egois.
Yang egois
Yang egois.
Yang egois.

Catat dalam-dalam Aku Cuma egois.
Ya, kan?
Egois yang menggangu tidur kamu lagi, lagi dan lagi.
Maka jangan mimpi tentang mahluk egois.
Cari diluar sana, A.
Mahluk yang punya seribu sayap untuk kamu bernaung.
Untuk kamu berteduh,
Dan tidur sembari mimpi tentang apapun yang indah..

Homeee